Terjebak Hujan Badai di Gunung!

Ketegangan, satu kata yang bisa mendefinisikan cerita pendakianku kali ini. Pendakian yang serba tiba-tiba, dengan seorang teman perempuanku yang bahkan tidak pernah mendaki sama sekali. Modal nekat dan pengetahuan seadanya dari Tiktok, kami berdua mendaki ke Upas Hill Via Sukawana yang terletak di Lembang. Kami memilih Upas Hill karena katanya sangat cocok untuk pemula. Selain itu, pemandangan puncaknya yang indah membuat kami semakin semangat untuk mendaki kesana. 

Baru saja berangkat menuju basecamp, kami sudah tersesat. Melalui CIC kami lurus terus hingga tiba-tiba berada disebuah gang kecil padat penduduk yang jalanannya cukup ekstrim menanjak-menurun. Lalu kami bertanya pada warga setempat, akhirnya kami tiba di warung yang letaknya cukup jauh dari pintu basecamp. Berbekal ilmu Tiktok, kami memutuskan untuk langsung parkir di warung tersebut. Karena ternyata, perjalanan dari warung menuju basecamp dipenuhi bebatuan besar yang sangat menguras tenaga. Cukup jauh kami berjalan, sekitar 20 menitan, lumayan untuk pemanasan. Harga simaksinya pun sangat murah, hanya Rp 5.000.

Benar yang kami lihat di Tiktok, pemandangannya sangat indah! Tidak hanya dipuncaknya, tetapi perjalanannya pun sangatlah indah! Awal pendakian, mata kami dimanjakan dengan luasnya pemandangan kebun teh. Cuaca Bandung yang sedang sendu, membuat pemandangan semakin syahdu. 

Menuju puncak Upas Hill, kami melalui beberapa Shelter: Shelter Kadaka, Shelter Salikur, Shelter Panyawangan, lalu Puncak Upas. Nah, setelah Shelter Salikur ini ada tanjakan terkenal bernama Tanjakan Ucup. Awalnya aku bingung, kenapa tanjakan ini begitu terkenal hingga mempunyai nama tersendiri. Begitu melewatinya, wah mantap! Sepertinya alasan tanjakan ini terkenal bahkan sampai diberi nama itu karena tanjakannya yang sangat menjulang, banyak akar menjular hingga tanah merah yang akan sangat licin jika terkena air hujan. Meskipun begitu, di Tanjakan Ucup inilah kami bertemu teman baru dan mendaki bersama hingga ke puncak.

Teh Rika dan Teh Nurul namanya. Mereka ternyata adik kakak. Kami berbincang banyak hal, saling membantu, saling menunggu hingga akhirnya sampai puncak bersama. Ini salah satu yang aku suka dari mendaki. Siapa saja bisa menjadi teman. Seolah seperti teman lama yang baru bertemu kembali, kami bisa menjadi seakrab itu. 

Puncak Upas saat itu sangat ramai, kayak pasar katanya. Bahkan untuk foto menggunakan plakat puncaknya saja kami perlu mengantri cukup lama. Namun tidak apa, sengaja aku datang di Hari Minggu yang mana suasananya sangat ramai. Kami berdua sama-sama pemula, akan sangat menakutkan jika hanya berdua mendakinya. Takut tersesat, takut terluka, takut bertemu hewan buas dan masih banyak ketakutan lainnya. Untungnya dikeramaian puncak saat itu, kami bersama teman baru yang membuat pengalaman mendaki ini menjadi berkesan!

Setelah puas berfoto, kami memutuskan untuk segera turun karena takut tiba-tiba hujan. Terlebih, jas hujan Teh Rika dan Teh Nurul tertinggal dimotornya. Jadilah kami buru-buru turun, hingga terpisah dengan mereka berdua. Sayang sekali, kami tidak sempat bertukar sosial media.

Turun menuju Shelter Salikur, kami merasakan rintik hujan mulai turun. Wah bahaya ini, kami langsung buru-buru menuju Shelter Salikur, karena disana terdapat warung yang sangat lumayan untuk meneduh. Benar saja, tidak lama setelah kami sampai di Shelter Salikur, hujan badai langsung mengguyur. Bersama pendaki lain, kami meneduh diwarung itu. Hujan saat itu sangatlah menakutkan, hujan besar disertai angin yang tak kalah besarnya. Kami hanya bisa pasrah meneduh dibawah atap warung.

Setelah kurang lebih 1 jam hujan badai, akhirnya reda juga. Tidak ada kelegaan, yang ada ketegangan mulai muncul. Ini pengalaman pertamaku terkena hujan badai di gunung bersama teman yang baru pertama kali mendaki. Setelah memakai jas hujan ponco, kami segera turun melewati tanah merah becek dan licin. Sepanjang turun, pandangan kami terfokus pada jalanan, bahkan kami tidak sempat mendokumentasikan apapun saat itu. Lengah dikit kami bisa terpeleset ke tanah becek itu. Saat itu, tantanganku bukan hanya jalanan licin nan becek saja tetapi kakiku ternyata lecet sehingga setiap langkahku terasa sangat menyakitkan. Ini semua karena kaos kaki yang ternyata lepas sehingga setiap gerakan mengakibatkan gesekan antara kelingking kaki dengan kaos kakinya. Huh! Ini menjadi pelajaran berharga untukku, bahwa kedepannya harus menyiapkan segala hal dengan proper. Meskipun hanya kaos kaki, ternyata berdampak cukup besar.

Sekitar pukul 2 siang, akhirnya kami tiba di basecamp dengan selamat sentosa! Berulang kali aku ucapkan syukur dan apresiasi besar pada temanku yang baru pertama kali mendaki tetapi sudah tejebak hujan badai di gunung. Untungnya dia tidak kapok untuk mendaki lagi. Pendakianku kali ini memanglah sangat menegangkan tetapi sangat seru juga! Selalu ada cerita di setiap pendakian, dan aku tidak sabar untuk mendapatkan cerita-cerita baru di pendakianku kedepannya!


Komentar

  1. seru bngt tempat main kakanya! sering-sering jalan2 lagi ya kak terus review in!

    BalasHapus
  2. jadi pengen mendaki jugaa :(

    BalasHapus
  3. seru bangettt omg! muncak masih jadi wishlist yg belum aku realisasiin :(

    BalasHapus
  4. Seru banget, stay safe terus ya kakk

    BalasHapus
  5. muncak keliatannya seru deh!! pengen coba jadi nyaa

    BalasHapus
  6. seru bangettt ihhhhh tapi sayangg ga jadi sama akuu soon sama aku yaakkk 😘

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serupa tapi Tak Sama, Sanghyang Heuleut atau Sanghyang Kenit ya?

Jangan ke Tahura kalau...

Keindahan Tersembunyi di dalam PLTA Saguling