Mendaki Miniatur Gunung Merbabu di Bandung

Katanya, Pangradinan itu Gunung Merbabu versi mini. Hamparan rumput menjulang tinggi di Gunung Pangradinan membuatnya sangat mirip dengan Gunung Merbabu. Tingginya yang hanya 1.236 mdpl meyakinkan kita bahwa Gunung Pengradinan merupakan Gunung Merbabu versi mini. Tak kalah indah dengan Sanghyang Heuleut, ternyata Bandung punya Gunung Pangradinan sebagai tempat wisata indah yang wajib kalian kunjungi! 

Sebelas bulan yang lalu, Gunung Pangradinan mulai dikenal masyarakat karena Fiersa Besari mengunggah video pendakiannya di channel youtube pribadinya. Dari video Bung Fiersa, orang-orang jadi tau bahwa Gunung Pangradinan itu tidak begitu tinggi dan jalurnya landai sangat cocok untuk pemula yang ingin mencoba mendaki. Puncaknya yang indah dengan rumput liar menjulang tinggi dan pemandangan Bandung city light yang dapat kita nikmati saat malam hari, membuat banyak pendaki ingin mendaki ataupun berkemah di Gunung Pangradinan.

Sama seperti yang lainnya, aku fomo ingin ikut mendaki Gunung Pangradinan. Padahal, aku tidak pernah mendaki sama sekali. Jangankan mendaki, jalan kaki dari rumah ke warung saja suka sudah capek. Namun, karena teman-temanku berencana mendaki, akupun setuju untuk ikut. Dengan perlengkapan seadanya; menggunakan day-pack dan juga sepatu gunung ayahku, aku berangkat bersama teman-teman untuk mendaki Gunung Pangradinan.

Dari Stasiun Bandung, dengan harga tiket Rp 5.000 kami menggunakan kereta lokal menuju Stasiun Cicalengka. Naik kereta dengan barang bawaan yang banyak dan juga harus berdesakan dengan penumpang lainnya ternyata cukup repot, namun sangat seru! Tiba di Stasiun Cicalengka, kami menyewa Mobil Pick Up seharga Rp 90.000 untuk mengantarkan kami menuju Basecamp Gunung Pangradinan. Wah ini sangat drama, karena kami hampir di bawa ke Gunung Kerinci. Bapak supirnya salah dengar, padahal dari awal dengan jelas kami mengatakan ke Gunung Pangradinan. Alhasil, putar balik dan ternyata bapak supirnya tidak tau jalan menuju pangradinan sehingga beberapa kali berhenti untuk menanyakan jalan.

Setelah berbagai drama perjalanan, akhirnya kami sampai di Basecamp Gunung Pangradinan. Kami istirahat sebentar, sambil mengurus simaksi yang ternyata hanya Rp 10.000/orang! Tepat seperti video pendakian Bung Fiersa, jalurnya sangat landai dengan banyak bebatuan dan juga cukup menanjak. Meskipun begitu, aku sarankan jika kalian ingin mendaki Gunung Pangradinan, harus menggunakan sepatu gunung. Sepanjang jalan hampir semua bebatuan, akan sangat sakit jika kalian menggunakan sepatu running. Sepatu gunung alasnya cukup keras, sehingga saat menggunakannya dijalur bebatuan, tidak akan terasa sakit pada telapak kaki kita. Jika tidak punya, lebih baik menyewanya daripada kaki kita terasa sakit.

Kata temanku, cukup 45 menit untuk kami sampai di Puncak Gunung Pangradinan. Namun ternyata, rombongan kami mendaki selama kurang lebih 3 jam. Itu semua dikarenakan hampir semuanya merupakan pemula, sehingga setiap tanjakan kami perlu istirahat. Syukurnya, kami tidak saling meninggalkan, bahkan saling membantu membawa barang jika ada yang merasa tidak kuat membawanya. Solidaritas inilah yang membuat pendakian pertamaku sangat berkesan! 


Puncaknya sangat indah! Ternyata benar, rumput-rumput yang menjulang tinggi itu seperti pemandangan Gunung Merbabu yang selalu aku lihat di sosial media. Gunung Pangradinan memiliki 2 puncak; ada Puncak 1 dan juga Puncak 2. Dua-duanya bisa kita tempati untuk berkemah. Di Puncak Gunung Pangradinan ada sebuah warung yang menjual gorengan, mie instan, hingga air untuk buang air. Ternyata disebelah warung ada sebuah bilik kecil yang merupakan tempat untuk buang air besar ataupun kecil. Adapula mushola untuk umat muslim menjalankan ibadahnya. Tetapi kita perlu membeli air seharga Rp 5.000/1L untuk berwudhu.

Berkemah bersama teman-teman memanglah hal yang paling menyenangkan! Kami membagi tugas; sebagian membangun tenda, dan sebagian lainnya menyiapkan bahan makanan untuk kami masak. Kami memasak sayur sop, memasak nasi yang ternyata sulit sekali karena pada akhirnya nasinya hanya matang sebagian. Selain itu, kami menggoreng sosis dan nugget untuk menemani kami bincang malam ataupun main kartu uno. 

Besok paginya, kami memulai pagi dengan menjelajahi Puncak Gunung Pangradinan, mengabadikan setiap sudut Puncak dengan berfoto. Pukul 10 kami beres-beres untuk turun. Sampah-sampah kami masukkan kedalam botol aqua kosong lalu kami bawa untuk dibuang di tempat sampah Basecamp. Sayang sekali kami harus pulang dan meninggalkan keindahan Gunung Pangradinan. Aku sangat senang karena memutuskan untuk ikut mendaki dan ternyata ini merupakan pendakian pertamaku yang tidak akan aku lupakan. Bersama sembilan temanku, kami memulai pengalaman baru bersama. Beruntung aku mendaki bersama teman-temanku yang ternyata sangat solid! 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serupa tapi Tak Sama, Sanghyang Heuleut atau Sanghyang Kenit ya?

Jangan ke Tahura kalau...

Keindahan Tersembunyi di dalam PLTA Saguling